Jumat, 16 November 2012

WHAT IS THE SUSPENSION

SUSPENSI
“Suspensi adalah dispersi padat-cair yang tidak bercampur”.
Karakteristik suspensi oral adalah:
  1. Effikasi, yaitu ketersediaan hayati lebih baik dibandingkan tablet, karena dalam tablet zat aktif tidak langsung dilepaskan.
  2. Suspensi obat, yaitu berkaitan dengan pengadukkan yang homogen agar dosis merata dan dapat digunakan.
  3. Sukar terdispersi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya sedimen (cacking).
  4. Polimorfisme, berkaitan dengan kelarutan dan pertumbuhan kristal.
  5. Pengaturan temperatur manufaktur.
  6. Pelepasan komponen wadah.
  7. Resiko pertumbuhan mikroorganisme.
  8. Penurunan konsentrasi obat, dikarenakan fluktuasi suhu. Penghilangan pelarut karena penguapan.
Komponen dalam suspensi:
  1. Pelarut/pembawa
  2. Pembasah
  3. Bahan pengflokulasi
  4. Bahan pensuspensi
  5. Dapar
  6. Pewarna
  7. Flavour
  8. Pengawet
  9. Bahan pengkhelat
  10. Bahan Anti busa
  11. Koloid pelindung
Persyaratan formulasi suspensi:
  1. Ukuran partikel seragam, dapat diperoleh secara shiffing atau diayak
  2. Tidak mudah mengendap: dosis seragam dan terdispersi secara stabil
  3. Mudah didispersikan kembali
  4. Viskositas menunjang redispersi partikel
  5. Stabil secara fisika dan kimia selama usia guna
  6. Penampilan sediaan baik
Suspensi sangat tergantung dari sifat antar permukaan zat padat, yaitu berhubungan dengan sudut kontak (sudut anatar larutan dengan permukaan zat padat).



Persyaratan formulasi:
  1. Ukuran partikel
  2. Viskositas vs rheologi (sifat aliran). Yang menentukan viskositas adalah suspending agent
  3. Pembasahan, memakai wetting agent untuk zat yang sifatnya hidrofob, misalnya talk….absorbannya adalah minyak.
  4. Pencampuran
  5. Flokulasi
  6. Ketidakcampuran secara kimia
dinyatakan dalam hukum Stokes: v = d2 (ρ1 – ρ2) g/18 η
dimana: v = kecepatan pengendapan, d = diameter partikel, ρ = massa jenis/kerapatan massa, η = viskositas.
Pembasahan partikel ditentukan oleh:
Sl/s = Ys/a – (Ys/l + Yl/a)
dimana: Sl/s = koefisien penyebaran zat padat dalam larutan, Ys/a = tegangan antar permukaan zat padat-udara, Ys/l = tegangan antar muka zat padat – larutan, Yl/a = tegangan antar muka larutan-udara.
dimana Ys/l bisa didapat dari perhitungan Ys = Ys/l + Yl cos θ. Ys = tegangan permukaan zat padat, Ys/l = tegangan antar muka zat padat-larutan, Yl = tegangan permukaan larutan, cos θ = sudut antara zat padat dengan larutan. Cos θ = 1 berarti pembasahan sempurna.
Pendekatan formulasi
Partikel mengalami dispersi deflokulasi yang uniform, setelah itu dibagi menjadi 3 cara, yaitu:
  1. Penggabungan dengan struktur pembawa yang menghasilkan suspensi deflokulasi dalam struktur pembawa sebagai produk akhir.
  2. Ditambahkan agen flokulasi sehingga menghasilkan suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
  3. Ditambahkan agen flokulasi selanjutnya digabungkan dengan struktur pembawa sehingga menghasilkan suspensi flokulasi dalam struktur pembawa sebagai produk akhir.
Cara 1: partikel terdispersi secara individual dan penampilan akan lebih besar datipada flokulasi. Hal ini dikarenakan deflokulasi membentuk sedimen dalam waktu yang lama dan jika telah mengendap tidak akan dapat menjerat air sehingga terbentuk cacking.
Cara 2: partikel yang terdispersi akan membentuk aggregat, karena adanya perbedaan muatan antar partikel dan penampilan sediaan kasar tetapi mudah di redispersi.

Dalam suspensi, 2 partikel terdispersi:
  1. Deflokulasi: penambahan viskositas jangan terlalu besar.
  2. Flokulasi. Agen flokulasi: surfaktan dan koloid hidrofil. Surfaktan ditambahkan pada tahap awal.
Humektan pada suspensi dapat berfungsi untuk menghilangkan udara pada partikel.
3 tipe suspending agent berdasarkan viskositas:
  1. High viskositas: kelebihannya murah dan sedikit. Tidak disarankan karena apabila terdapat kerusakan pada suspending agent, maka terjadi kerusakan pula pada sediaan.
  2. Medium viskositas: yang dipilih.
  3. Low Viskositas: digunakan untuk suspensi deflokulasi. Kekurangannya mahal karena banyak diperlukan.
Untuk mendapatkan suspensi yang floculated suspension, maka ditambahkan agen flokulasi agar membentuk aggregat antar partikel karena adanya gaya tarik-menarik.
Untuk membuat suspensi, harus memperhatikan kecepatan medium, karena jika terlalu cepat akan berbusa.
Interaksi Komponen Partikel
  • Pada flokulasi terdapat Vt = Vr + Va, dimana Vt = enersi interaksi total, Vr = gaya tolak-menolak, Va = gaya tarik menarik.
  • Gaya tarik-menarik yang timbulkan adalah gaya Van der Waals.
  • Dalam suspensi terdapat lapis rangkap listrik, yaitu terjadi karena adanya difusi muatan partikel di cap Stern, yaitu di permukaan lapisan Stern.
Lapis Rangkap Listrik, terbagi menjadi:
  • a-a’, yaitu permukaan partikel. Dapat berubah dikarenakan ionisasi kimia, adsorpsi molekul surfaktan, adsorpsi elektrolit lingkungan.
  • b-b’, yaitu lapisan 1: lapisan Stern yang kuat dan bergerak bersama partikel.
  • c-c’, yaitu lapisan 2. Disebut juga zeta potensial. Adanya difusi muatan karena adanya perbedaan potensial antara permuakaan dengan muatan ion tertentu dengan daerah elektronetral larutan.
Sifat Aliran Suspensi:
  • Pseudoplastis
  • Plastis
  • Tiksotropik
  • Dilatan
Sifat aliran suspensi ini ada karena adanya suspending agent, yang dikarenakan adanya crosslink/struktur 3 dimensi pada monomer suspending agent yang tidak sama.
Pada suspensi tidak boleh alirannya dilatan, karena semakin diberikan tekanan/”digojok” akan meningkatkan viskositas. Untuk melihat adanya aliran minimal didapat 6 titik. Untuk melihat viskositas, dilihat 1 titik pada 30-70% dengan 1 rpm dan 1 spindel.
Aliran Newtonian, setiap titik mempunyai viskositas yang sama.
Aliran Non-Newtonian, setiap titik mempunyai viskositas yang berbeda.
Proses Penambahan Bahan Pendispersi ke Larutan Terdispersi:
  • Propilen glikol maksimal 25%
  • Sorbitol bisa ditambah > 70%
  • Jumlah eksipien yang ditambahkan jika tidak bisa digranulasi tidak boleh > 20%.
Tahap Pembuatan Suspensi Cair:
  1. Timbang zat aktif dan eksipien
  2. Tahap pembasahan partikel terdispersi (paling penting)
  3. Masukkan partikel terdispersi ke dalam larutan pendispersi → aduk homogen
  4. Masukkan eksipien dalam keadaan terlarut ke dalam larutan dalam volume tertentu.
  5. Add kan volume larutan sampai yang diinginkan.
  6. Optimasi proses: waktu dan kecepatan pengadukkan, ukuran partikel terdispersi, penambahan pembasah, metode pengembangan bahan pensuspensi.
Proses Pembuatan Suspensi Rekonstitusi:
  1. Cara serbuk. Kebaikannya: ekonomis dan lebih stabil. Kekurangan: problem pemisahan dan kehilangan obat.
  2. Produk granulasi. Kebaikan: penampilan lebih baik, yaitu sifat aliran, pemisahan kecil, dan debu yang terjadi sedikit. Kekurangan: biaya produksi tinggi karena enersi panas dan penambahan larutan penggranul dalam zat aktif dan eksipien.
  3. Kombinasi serbuk dengan granul. Kebaikan:ongkos produksi lebih kecil dan menggunakan bahan termolabil.
Titik kritis pembuatan suspensi rekonstitusi:
  • Bahan pensuspensi mudah dikembangkan
  • Kadar air serbuk atau granul
  • Proses pencampuran serbuk
  • Proses penambahan bahan pewarna
  • Metode pemilihan pencampuran kering → granulasi
Petunjuk Proses Pencampuran Kering Suspensi Rekonstitusi:
  1. Gunakan pencampuran efisien yang berhubungan dengan batch skala pilot.
  2. Tentukan waktu pencampuran serbuk. apabila terjadi friksi, maka suhu naik → eutektik.
  3. Hindari akumulasi panas dan kelembaban selama pencampuran.
  4. Batas variasi suhu dan kelembaban adalah: 40-70oC, ≤ 40%
  5. Produk akhir disimpan bebas lembab dan ditambahkan silika gel.
  6. Homogenitas zat aktif dilakukan secara sampling pada bagian atas, bawah, tengah wadah pada saat pencampuran.
Suspensi Oral…
Kebaikan:
  • Mudah ditelan
  • Dapat menutupi rasa pahit
  • Kaolin dan kapur sebagai absorban untuk racun dan mengurangi asam lambung.
Keburukan:
  • Sediaan harus dikocok
  • Ketepatan dosis < larutan
  • Ketidakstabilan dalam penyimpanan kurang baik
Contoh Formula:
  • Magnesium Trisilikat
  • Magnesium Karbonat
  • Natrium Bikarbonat
  • Emulsi minyak pipermint
  • Air
Untuk Antasid:
  • Penambahan suspending agent tidak perlu terlalu banyak
  • Perhatikan kapasitas penetralan
  • Dosis tinggi → double strength
  • Proses aseptik
Prosedur Penentuan Kapasitas Penetralan Asam:
  • Standarisai pH: lakukan kalibrasi pH meter menggunakan larutan dapar baku kalium biftalat 0,05M dan kalium tetraoksalat 0,05M.
  • Larutan uji: tetapkan bobot jenisnya dan pakai dosis terkecil dari suspensi zat aktif.
  • Prosedur penentuan: memakai HCl LV, aduk tepat 15 menit, kemudian langsung titrasi. Pengujian dilakukan terhadap zat aktif dan sediaan. Dilakukan pada suhu 37oC dengan penangas/jaket air.
Suspensi Eksternal…
Dalam bentuk losio, dengan bahan pensuspensi: semi sintetik dan tidak dalam bentuk film.
Penandaan:
  • Dikocok dahulu
  • Tidak boleh digunakan pada kulit yang luka
Contoh formula:
  • Kalamin
  • Zn oksida
  • Bentonit
  • Na-sitrat
  • Gliserol
  • Add air 

MENGENAL PENYAKIT PROGERIA


MENGENAL PENYAKIT PROGERIA
 
Menurut seorang dokter ahli : dr.Eriyati Indrasanto, SpA, "Progeria atau penyakit penuaan dini adalah merupakan suatu penyakit genetik yang disebabkan oleh mutasi (perubahan) gen. Progeria bukan penyakit turunan dan tidak menular.

Selanjutnya dr. Eriyati Dr. Eriyati Indrasanto, Sp.A, menjelaskan bahwa progeria adalah kelainan genetik yang memang sangat jarang terjadi. Progeria berasal dari bahasa Yunani yaitu geras yang berarti usia tua. Jadi si penderita mengalami penuaan dini dengan kecepatan yang berkisar 4-7 kali lipat dari proses penuaan normal. Contoh konkretnya, bila si anak yang mengalami progeria berumur 10 tahun, maka penampilannya akan tampak seperti orang berusia 40-70 tahun! Artinya, semua organ tubuh si bocah, termasuk organ pernapasan, jantung, maupun sendi-sendinya sudah mengalami kerentaan.

Penderita progeria memang lahir normal. Namun, di usia 6 bulan sampai 1 tahun, mulai terlihat tanda-tandanya. Antara lain :

  • rambut rontok yang tidak tumbuh lagi,
  • kulit dan jaringan kulit menipis,
  • kuku dan gigi tumbuh tidak baik.
Namun, secara mental, justru tidak tua, termasuk mata. Intelegensi pun normal." Lebih lanjut Eri mengatakan, berdasarkan buku-buku kepustakaan, secara statistik, umur rata-rata penderita progeria adalah 14 tahun
Tentang pengobatan, Eri berkata, belum ada obat untuk progeria. Pengobatan hanya simtomatik, yaitu berdasar gejala yang timbul. "Misalnya sakit sendi, dikasih obat sakit sendi. Kalau sakit panas, dikasih obat panas" katanya.
Menurut penjelasan ilmiahnya, lanjut Eriyati, telah terjadi mutasi gen tunggal yaitu pada gen LMNA yang bertanggung jawab terhadap pembentukan protein lamin A dan lamin C. Protein ini bertugas menstabilitasi selaput dalam dari inti sel (inner membrane). Diduga ketidakstabilan karena mutasi itulah yang menyebabkan terjadinya penuaan dini pada anak-anak penderita progeria. "Sayangnya, sampai sejauh ini hasil penelitiannya masih sebatas itu." 
 
Yang pasti, kata dokter spesialis anak yang mendalami bidang genetika klinik ini, mutasi gen bisa terjadi pada siapa saja. Prosesnya berlangsung secara sporadik atau bisa tiba-tiba muncul dan dapat dialami siapa pun. "Tadinya ada yang menduga, penyakit ini bersifat resesif. Artinya, didapat dari ayah-ibu yang mengandung gen yang mengalami mutasi tadi. Toh, nyatanya pada mereka progeria tak muncul. Jadi, apa penyebab pastinya masih diteliti," papar dokter dari RSAB Harapan Kita, Jakarta ini.
Kasus progeria pertama kali dikemukakan oleh Dr. Jonathan Hutchinson pada tahun 1886 dan oleh Dr. Hastings Gilford sebelas tahun kemudian. Makanya penyakit ini sering disebut sebagai Hutchinson-Gilford Progeria Syndrome (HGPS).
Progeria berbeda dengan penyakit-penyakit lain yang biasanya sudah bisa terdeteksi saat masih bayi, bahkan selagi masih dalam kandungan. Penyakit ini justru muncul setelah anak berusia satu tahun. Tak heran kalau di rentang usia 0-1 tahun ia kelihatannya normal-normal saja, baru selewat usia itu akan terlihat jelas proses penuaannya. Eriyati sendiri tak mengetahui secara pasti kenapa penuaan tersebut mulai terjadi di usia satu tahun dan bukannya kurang atau lebih dari angka tersebut.
Ahli neonatologi ini kemudian menyebut beberapa gejala klinis progeria yang cukup membuat bulu kuduk bergidik. Umpamanya, rambut yang semula lebat kemudian rontok dan tak tumbuh lagi, pembuluh darah di bagian kepala tampak jelas, jaringan lemak di bagian bawah kulit berkurang bahkan menghilang sehingga kulit menjadi keriput, dan kuku tak tumbuh sempurna tapi tumbuh melengkung serta rapuh. Selain itu, ada pengerasan di persendian, tulang patah atau retak yang tak kunjung sembuh maupun pengeroposan tulang. Gigi geliginya terlambat tumbuh, bahkan ada juga yang tak tumbuh sama sekali selain tak teratur susunannya.
Gejala yang bisa berakibat fatal adalah jika mengalami kekakuan pembuluh darah. Terlebih bila kekakuannya terjadi di pembuluh darah jantung, maka kemungkinan besar si penderita akan mendapat serangan jantung atau stroke. "Pembuluh darah jantung mesti diperhatikan karena menjadi penyebab utama kematian di kalangan penderita progeria. Salah satu jalan keluarnya adalah operasi by pass."
Akibat adanya mutasi gen itu pula, perkembangan tulang penderita progeria akan terganggu dan mengalami degenerasi tulang. Dengan begitu, kalau dihitung-hitung pertumbuhan tulangnya cuma setengah atau bahkan sepertiga dari pertumbuhan tulang anak normal seusianya. Makanya kalau diperhatikan dengan saksama, yang bersangkutan akan terlihat seperti orang yang sudah tua. Meski begitu, mata seorang penderita progreria tidak pernah mengalami katarak layaknya kaum lanjut usia. "Kenapa bisa demikian? Itu juga masih belum diketahui," tandas Eriyati.
Untungnya, faktor intelegensi atau perkembangan kemampuan berpikir anak penderita progreria tidak terganggu. Hanya saja secara psikologis, mungkin ia relatif sensitif karena merasa dirinya berbeda dari teman-temannya atau tak bisa selincah anak seusianya. "Dia hanya bisa melakukan permainan-permainan yang tak membutuhkan banyak tenaga karena mudah capek."
Yang membuat hati miris, rata-rata penderita progeria hanya bisa bertahan hidup hingga umur 14 tahun. Dapat dihitung dengan jari penderita progeria yang bisa mencapai usia 20 tahunan. "Mungkin hanya satu atau dua orang saja, karena organ tubuhnya seperti orang tua. Coba 14 dikalikan tujuh, di usia itu kondisi tubuhnya sudah seperti orang yang berusia 98 tahun."
Ciri lainnya adalah kuku melengkung serta rapuh, pengerasan di persendian, pengeroposan tulang yang menyebabkan tulang mudah retak atau patah, gigi terlambat tumbuh, merupakan tanda-tanda penderita progeria. Padahal itu adalah gejala pada orang yang memasuki usia lanjut.Gejala klinis yang terjadi pada penderita progeria di atas benar-benar memilukan. Bagaimana tidak, semua gejala menyedihkan tersebut harus dialami oleh bocah yang seharusnya dapat tumbuh dan bermain secara normal